=Hamimku

Menyadari Kapasitas Diri, Sebuah Refleksi!

15 komentar

Kapasitas diri

"Amanah kita lebih banyak dari waktu yang kita punya."


Sebaris pernyataan di atas adalah pengingat diri agar kita bersegera dengan tugas-tugas yang kita emban. Baik tugas individu maupun sosial. Sayangnya, waktu luang memang melenakan. Begitulah ungkapan dalam hadist yang pernah kubaca.

“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas).

Dua kenikmatan yang menjebak bagi kita yang tak menyadari bahwa segala sesuatu ada batas waktunya. Lagi-lagi diingatkan oleh senandung "Ingatlah 5 perkara sebelum 5 perkara".

Itulah kawan Hamimku, sebuah renungan singkat akan diri yang mulai merasa memikul banyak tanggung jawab. Akan tetapi merasa belum sepenuhnya melakukan tanggung jawab tersebut dengan sebaik-baiknya.

Ah, moody seringkali jadi alasan untuk tidak bergerak. Namun apakah itu bisa dibenarkan? Mungkinlah pentingnta memahami diri sendiri, menyadari bahwa kapasitas diri kita terbatas untuk mengerjakan banyak hal dalam waktu yang singkat.

Inilah peran sebuah priotritas!

Apa itu Kapasitas Diri?

Kapasitas itu berawal dari kerangka berpikir atau state of mind atau persepsi seseorang
Menyoal tentang kapasitas diri yang erat kaitannya dengan daya tampung, kemauan, dan kesiapan dalam diri seseorang untuk menerima suatu tantangan dan rintangan serta melakukan perubahan-perubahan menyadarkanku bahwa manusia itu makhluk dengan banyak keterbatasan.

Mengapa aku berpikir demikian?

Perlu Kawan Hamimku ketahui, hakikatnya manusia itu memiliki sifat ego yang tinggi. Makhluk Allah yang disebut paling sempurna penciptaannya, akan tetapi kadang terlalu sombong untuk bisa melakukan banyak hal tanpa melihat kapasitas diri mereka.

Baik dari sisi kemampuan dan waktu. Yups, aku menyinggung soal waktu. Salah satu yang melenakan bukan menurut hadits yang tertulis di atas?
Kadang ujian itu datang bukan dalam bentuk deretan kesempitan yang menyesakkan dada. Melainkan, rasa keberlimpahan yang bisa menggelincirkan kita jika tidak waspada.
Inilah alasan bahwa "menjadi kaya" juga ujian. Memiliki wajah cantik dan tampan itu juga ujian. Bahkan, yang memiliki waktu lapang juga merupakan ujian.

Jika ujian diibaratkan hembusan angin, maka angin sepoi-sepoi adalah ujian kenikmatan yang seringkali membuat kita tak cukup waspada. Yups, lalu bagaimana dengan kapasitas diri ?

Dalam sebuah jurnal ilmiah yang aku baca, arti kata kapasitas atau kemampuan individu adalah kesanggupan atau kecakapan yang berarti bahwa seseorang yang memiliki kecakapan atau kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktifitas kerja.

Pengertian kapasitas atau kemampuan identik dengan pengertian kreatifitas, telah banyak dikemukakan para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda, seperti dinyatakan oleh Supriadi dalam Rudy dan Wahyu (2013) bahwa “Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kemampuan atau kreatifitas, dan yang diperlukan adalah bagaimanakah mengembangkan kreatifitas (kemampuan) tersebut”

Nah, menyadari kapasitas diri kita membuat kita paham manakah yang lebih tepat untuk diprioritaskan sehingga bisa lebih efektif dan produktif!

Pentingnya Membuat Prioritas Agar Lebih Fokus

Kapasitas diri erat kaitannya dengan produktivitas. Semakin Kawan Hamimku tahu sejauh mana kapasitas dirimu untuk bisa melakukan sesuatu maka sebanyak itulah produktivitas yang bisa kamu lakukan.

Sayangnya, manusia itu rakus. Apapun diambil tanpa melihat keterbatasan yang dimiliki. Khususnya waktu dan energi, bahwa sejatinya menjalankan berbagai peran itu melelahkan.

Inilah alasan teori tentang manajemen waktu itu penting. 

Menurut Oxford dictionary mengatakan istilah prioritas sebagai keadaan dimana seseorang atau sesuatu dianggap atau diperlakukan lebih penting daripada yang lainnya. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, prioritas juga diartikan sebagai pekerjaan yang dapat kita selesaikan dengan cepat.
Yups, pengingat bagi kita semua bahwa membuat prioritas menjadi hal penting agar kita bisa menyeimbangkan antara kapasitas diri kita amanah yang akan kita ambil agar lebih produktif.

Seringkali, pekerjaan terasa berat karena bisa bebannya terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan kapasitas diri kita. Akibatnya, satu pekerjaan tak selesai sehingga berdampak pada kemoloran pekerjaan-pekerjaan lain.

Maka dimanakah letak profesional di sini?

Ah, apakah hubungannya profesionalitas? Oke, perlu Kawan Hamimku pahami bahwa dengan kita menyadari kapasitas diri kita maka kita akan lebih makismal dalam menjalankan peran dan tanggung jawab.

Sebab kesesuaian tersebut tidak menimbulkan overloaping dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang selaras itu bukankan lebih enak dilihat. Eits, tapi janganlah kapasitas diri yang terbatas ini kemudian menjadi alasan kita untuk takut mengambil amanah?

Big No!

Poin penting refleksi diri dari menyadari kapasitas diri adalah agar kita bisa menjalankan hari-hari kita lebih efektif. Sehingga hidup kita pun menjadi produktif tanpa terbebani.

Menyadari Kapasitas Diri dan Mengoptimalkan Peran


Peoduktivitas
Aku mengingatkan lagi Kawan Hamimku! Bahwa menyadari kapasitas diri kita bukan berarti mengkerdilkan peran. Akan tetapi, ketika kita sadar sejauh apa kapasitas diri kita baik dari segi kemampuan diri, waktu, dan energi maka kita akan lebih bijak dalam memilih tanggung jawab.

Apalagi jika kamu adalah seorang perempuan. Manusia yang digadang-gadang memiliki kemampuan multitasking ini, sejatinya rentan terkena stress. Beban peran yang diambil melewati batas kapasitas dirinya membuat mereka jauh lebih sensitif.

Nah, inilah alasan yang ingin aku sampaikan kepada Kawan Hamimku semua. Dinamika hadirnya stress, merasa terbebani, tidak produktif, sebenarnya tercipta oleh pilihan kita. Penting untuk kita mengenali dan memahami diri sendiri.

Mari kita bijak mengambil peran, jangan sok tampil jadi superman/woman. Jika diperlukan bentuklah tim agar bisa menjalankan peran bersama.
Contohnya, dalam hidup berkeluarga. Peran menjadi orang tua dalam pengasuhan tak hanya menjadi tugas ibu. Melainkan peran bersama antar pasangan yakni ibu dan ayah.
Saat Kawan Hamimku mengambil peran orang tua dalam satu raga, maka beban yang dipikul pun semakin berat. Selama kita tidak dipaksa oleh keadaan untuk menjalankan peran ganda. Maka, mari kita bijak mengambil peran sesuai dengan kapasitas diri.

Buatlah tim untuk menyokong peranmu agar berjalan secara optimal. Siap untuk menciptakan superteam?
Hamimeha
Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

15 komentar

  1. Terima kasih telah membuat artikel ini Mom Hamim :), dibaca di pagi hari berasa siraman rohani tanpa banyak menggurui. Dibaca dalam hati berasa banyak hal merasuki. Jadi, makin semangat menjalani hari, :D, terima kasih telah menginspirasi Mom Hamim :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah. Alhamdulillah ya mbak. Sini peluk online

      Hapus
  2. Sebagai freelancer segala rupa memang bener kudu menyadari kapasitas diri dan berani menolak saat ada orderan yang deadlinenya sangat mepet sementara ada antrian orderan lain yang kudu dikerjakan, atau pas anak sakit.

    Jangan sampai ambil banyak orderan lalu kurang tidur dan jadinya sakit, enggak banget deh.

    BalasHapus
  3. Manajemen waktu itu menjadi sebuah PR sampai sekarang karena kadang merasa pekerjaan yang dilakukan terlalu berat tetapi ada kalanya juga ternyata bukan banyak waktu yang digunakan untuk rebahan. Makanya suka amazing aja sama orang-orang yang bisa memanajemen waktunya dengan baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak betul... akupun tih hingga di titik ini masih perlu d8jewer bab waktu

      Hapus
  4. Menyadari kapasitas diri agar bisa memilih dan memilah tanggung jawab. Ku garisbawahi Kuripan itu mba. Makjleeb bgiku, yang seringkali kelimpungan di akhir karena tidak tega berkata tidak. Terimakasih sharingnya ya mba ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama mbak...smga bermanfaat ya..ini juga pengingat diri

      Hapus
  5. Nikmat sehat dan nikmat senggang sering melenakan kita memang ya, kadang udah niat ya niat aja kalo nggak segera dieksekusi. Jadinya cuma halu kan yaa. Berbagi tugas juga penting, agar seorang istri punya waktu juga untuk dirinya sendiri meski hanya menikmati teh atau kopi sambil duduk tenang memandang kebun mini di pot pot.

    BalasHapus
  6. Wah iya betul, mengurut prioritas adalah hal yang aku mulai rutin lakukan nih mbak. Bukannya apa, kadang kita malah melaksanakan sesuatu yang sebenarnya belum prioritas dan mengesampingkan yang justru penting. Ini karena habis baca buku juga sih. Makasih pengingatnya Mbak

    BalasHapus
  7. Wah aku kok salfok ke blog ini
    Ini blog baru ya mbak? Biasanya aku berkunjung ke blog yang satunya
    Btw, emang kota harus bisa menyadari kapasitas diri ya mbak
    Untuk menjaga kesehatan mental kita juga, Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha bukan mbak.ini blog lama.hanya saja baru diberdayakan kembali

      Hapus
  8. Kalau kita menyadari kapasitas diri kita, maka untuk melakukan tindakan apapun akan terasa nyaman dan teratur.

    Bisa memposisikan diri kapan saatny berkarya dan kapan saatnya santai. Jadi hal ini bisa bikin produktivitas meningkat terus.

    BalasHapus
  9. Kapasitas diri ini perlu banget untuk digali dan terus dikalibrasi kalau versi aku.
    Memang gak harus semua dikerjakan sendiri, tapi bisa saling bekerjasama dan saling back up sehingga semua roda berjalan sampai ke tujuan yang sama.

    Inginnya terus memdalam kapasitas diri, agar semakin bisa memilah mana yang terus dikerjakan dengan senang dan mana yang hanya sekedar tahu.

    BalasHapus

Posting Komentar