=Hamimku

Teruntuk Kamu yang Pertama

4 komentar


Teruntuk anak pertamaku
Terlahir sebagai orang tua itu rupanya tidak mudah. Ada tanggung jawab yang begitu besar diamanahkan kepada orang tua, yaitu anak. Memang benar bahwa anak tak bisa memilih dilahirkan dari rahim siapa dan orang tua yang mana. Namun sejatinya, orang tua bisa mendidik dan mengarahkan bagaimana membentuk karakter anak melalui tangan mereka.


Jika beberapa orang berkata anak pertama adalah anak percobaan. Maka bagi kami, anak pertama adalah prototype. Sebuah masterpiece yang gak mungkin kami jadikan sebuah kelinci percobaan. Meski dibilang pernyataan tersebut bercanda. Akan tetapi rasa-rasanya kurang tepat ya.


Bagaimana menurut kawan Hamimku?

Anak Pertama adalah Prototype Keluarga Kami



Prototype atau prototipe adalah sebuah metode dalam pengembangan produk dengan cara membuat rancangan, sampel, atau model dengan tujuan pengujian konsep atau proses kerja dari produk.


Teruntuk kamu yang pertama dilahirkan. Jangan pernah merasa sedih saat pola asuh terhadapmu terlihat lebih keras dibanding adik-adikmu. Sebab kamu terlahir sebagai jalan kami–para orang tua–untuk belajar. Tapi bukan media percobaan, sebab anak keberapa pun kalian pasti akan diupayakan untuk diberikan pelayan dan kasih sayang yang terbaik. Tak ada anak percobaan, apalagi anak pertama.


Anak pertama bagi kami adalah prototype. Sebuah dasar awal belajar kami menjadi orang tua yang menuju ideal versi kami. Menjadikannya masterpiece yang penuh ketakjuban, bahwa kami ternyata bisa menjalankan peran sebagai orangtua. Hingga mudah bagi kami untuk mendidik anak-anak selanjutnya karena adanya prototype ini, anak pertama kami.

Maaf dan Terima Kasih, Anak Pertama


Teruntuk anak pertamaku, maaf jika Bunda terlihat agak keras padamu. Apa yang Bunda lakukan sejujurnya adalah bentuk kasih sayang. Jika semua itu tak sesuai dengan apa yang kamu suka saat ini, semoga kelak kamu mau meridhoinya.


Teruntuk anak pertamaku, terima kasih. Darimu kami belajar tentang kehidupan. Alih-alih kamu yang sedang belajar hidup sebenarnya kamilah–para orang tua–yang sedang memahami bagaimana kehidupan ini. Darimu kami belajar arti kedewasaan, pantang menyerah, dan semangat terus belajar.


Teruntuk anak-anakku, kami mencintai kalian. Semoga kalian menjadi pribadi muslim yang sholih dan muslih. Maaf dan terima kasih dari kami–orang tua– yang masih terus belajar tentang amanah peran besar ini.


Duhai kalian para calon orang tua. Siapapun, dimanapun, bahkan bagaimanapun kondisi kalian sekarang. Saat bersiap menikah maka bersiaplah menjalani peran ganda. Tak hanya siap jadi suami saja melainkan bapak juga. Pun wahai perempuan, saat kau putuskan untuk menikah maka bersiaplah menjadi istri sekaligus bersiap menjadi ibu.


Sebab melalui rahimmu disemai benih cinta, mengandung hingga sembilan bulan lamanya, hingga kau melahirkan dan melalui didikan tanganmu, anak-anakmu bertumbuh. Dengan ini aku mengingatkan, teruntuk diriku sendiri pula, belajarlah untuk bekal saat praktik kelak. Jangan belajar saat kau menjalani perannya. Melainkan kamu sudah siap dengan ilmu yang cukup untuk mengamalkannya.


Saat kau beralih peran maka bertambah materi yang harus kau pelajari. Meski demikian, janganlah takut menikah. Sebab setiap kita akan melewati fase ini. Bedanya, kita sudah siap bekal atau tidak?

Cinta Pertama Cinta Penuh Pembelajaran



Teruntuk yang pertama, anak pertamaku. Semoga kamu mengerti catatan ini ditulis sebagai tanda cinta. Apapun yang kami lakukan padamu adalah bentuk sayang.

Setiap hal pertama yang kau lakukan menjadi pengalaman pertama bagi kami. Sungguh pengalaman belajar yang berharga untuk kami sebagai orang tua.

Sulungku, kami tak ingin kamu memanggul berat amanah sebab kau terlahir sebagai anak pertama. Akan tetapi besar harapan kami proses belajar kita menjadi bekal yang membuatmu siap menjadi teladan bagi adik-adikmu.


Salam hangat dan sayang,


Bunda.
Hamimeha
Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

4 komentar

  1. Aku anak pertama kak. Dan ngerasa hmmmmm
    dulu kok gini gitu bla bla bla

    Dan baru sadar manfaatnya pas udah nikah, tujuan didikan seperti itu ternyata begitu. Bagaimanapun tiap ortu pasti ngajarin yg baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah.. semangat kakak. Aku melihat sosok anak pertama itu kebanykan tangguh. Bisa jadi kakak adalah salah satunya.

      Hapus
  2. Jangankan orang tua yang baru pertama kali punya anak. Bahkan kakek-nenek yang baru pertama kali punya cucu juga sering berkelakuan ajaib dengan cucu pertama mereka. Saking senangnya, ikut maksa mengasuh juga. Seolah-olah mau menebus kesalahan mereka dulu ketika baru pertama kali punya anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya allah iya bener ini mbak.. aku gak habis pikir sih ketika melihat sikap ortuku saat kelahiran cucu pertamanya. Luarbiasa bungah pun dengan om tantenya . Ehm, meski pada akhirnya bagaimana reaksi ort si anak yang bisa bersikap bijak ya dalam menghadapi situasi ini.

      Hapus

Posting Komentar