Dalam buku Ta'limul Muta'allim dituliskan sebuah syair dari Syekhul Islam Burhanuddin sebagai berikut:
Kebodohan adalah kematian sebelum kematian pemiliknya.
Jasad mereka adalah kuburan sebelum dikuburkan.
Orang yang hidup tanpa ilmu, ibarat orang mati.
Tidak ada lagi kebangkitan baginya pada hari kebangkitan.
Apa kabar Kawan Hamimku!
Semoga kita adalah manusia pembelajar yang tidak lelah menuntut ilmu hingga berpisah nyawa dari raga kita.
Bicara tentang ilmu, seorang penuntut ilmu memiliki derajat lebih baik. Disebutkan bahwa ilmu yang bermanfaat akan mengharumkan nama pemiliknya dan itu akan berkelanjutan setelah ia meninggal.
Masya Allah, berkah sekali ilmu ini bagi si pemiliknya. Pertanyaannya, bagaimana keberkahan ilmu ini bisa sampai dirasakan oleh si penuntut ilmu. Rupanya hal ini tak terlepas bagaimana cara mereka menuntut ilmu. Inilah yang kita sebut adab. Selain kebaikan dari ilmu itu sendiri.
Inilah alasanku ingin sedikit berbagi pengalaman tentang pentingnya adab sebelum ilmu untuk menjaga keberkahannya.
Pasalnya, kemudahan seorang yang sedang belajar suatu ilmu itu lantaran sikap mereka yang memenuhi adab-adab menuntut ilmu. Sehingga, ilmu yang didapat lebih mudah diterima dan masuk ke jiwanya. Masya allah.
Aku bersyukur Kawan Hamimku, Allah memberiku kesempatan pernah berkarya di bidang pendidikan sebagai pengajar. Meski pada awalnya aku merasa ini tak sesuai dengan yang aku cita-citakan. Namun aku mendapat banyak pelajaran berharga.
Baik dari para kawan sejawat, para murid, maupun setiap aktivitasku selama menjadi seorang pendidik. Khususnya bab adab. Ya, adab saat menuntut ilmu.
Kebodohan adalah kematian sebelum kematian pemiliknya.
Jasad mereka adalah kuburan sebelum dikuburkan.
Orang yang hidup tanpa ilmu, ibarat orang mati.
Tidak ada lagi kebangkitan baginya pada hari kebangkitan.
Apa kabar Kawan Hamimku!
Semoga kita adalah manusia pembelajar yang tidak lelah menuntut ilmu hingga berpisah nyawa dari raga kita.
Bicara tentang ilmu, seorang penuntut ilmu memiliki derajat lebih baik. Disebutkan bahwa ilmu yang bermanfaat akan mengharumkan nama pemiliknya dan itu akan berkelanjutan setelah ia meninggal.
Masya Allah, berkah sekali ilmu ini bagi si pemiliknya. Pertanyaannya, bagaimana keberkahan ilmu ini bisa sampai dirasakan oleh si penuntut ilmu. Rupanya hal ini tak terlepas bagaimana cara mereka menuntut ilmu. Inilah yang kita sebut adab. Selain kebaikan dari ilmu itu sendiri.
Inilah alasanku ingin sedikit berbagi pengalaman tentang pentingnya adab sebelum ilmu untuk menjaga keberkahannya.
Pasalnya, kemudahan seorang yang sedang belajar suatu ilmu itu lantaran sikap mereka yang memenuhi adab-adab menuntut ilmu. Sehingga, ilmu yang didapat lebih mudah diterima dan masuk ke jiwanya. Masya allah.
Belajar dari Pengalamanku di Dunia Pendidikan
Aku bersyukur Kawan Hamimku, Allah memberiku kesempatan pernah berkarya di bidang pendidikan sebagai pengajar. Meski pada awalnya aku merasa ini tak sesuai dengan yang aku cita-citakan. Namun aku mendapat banyak pelajaran berharga.
Baik dari para kawan sejawat, para murid, maupun setiap aktivitasku selama menjadi seorang pendidik. Khususnya bab adab. Ya, adab saat menuntut ilmu.
Hal paling berkesan dan aku ingat sampai saat ini adalah salah satu adab penuntut ilmu itu menghormati guru. Deg! Jujur, pernyataan ini meski berulang kali aku dengar namun selalu membuat rasa tersendiri.
Aku selalu merefleksikan diriku, sepanjang kehidupanku ini. Apakah ilmu yang sudah aku pelajari itu berkah? Sebab pernah dalam masa aku bersekolah hingga kuliah, aku dan kawan-kawanku lainnya bersikap kurang sopan pada guru/dosenku. Jika mengingat ini rasanya sedih sekali.
Ada perasaan sesak, kenapa dulu aku bersikap demikian?
Inilah setiap kali aku memulai pagiku, tak jarang aku mengulang bab adab kepada anak didikku. Bahkan sebelum memulai pembelajaran di kelas, aku lebih suka hanya memberi materi di separuh sisa alokasi jam mengajar. Sisanya aku memberi pengalaman belajar tentang adab.
Kenapa demikian?
Aku ingin mereka memahami bahwa adab itu penting sebelum ilmu. Pun ini adalah salah satu upaya agar kondisi kegiatan belajar mengajar menjadi lebih kondusif.
Aku rasa para guru harus menyadari hal ini. Sebab menjadi guru itu bukan sekadar transfer ilmu melainkan tentang bagaimana sebuah karakter itu dibentuk melalui pembiasaan.
Mungkin saat itu, para siswa belum memahami makna pentingnya adab sebelum ilmu dengan baik. Namun aku berharap, kelak mereka akan menyadari bahwa apa yang sudah kami–para guru–lakukan adalah dalam rangka membuat mereka agar tidak menyesal seperti apa yang aku rasakan.
Yup!
Sepenggal pengalamanku yang kutulis di atas barulah secuplik kisah dari sederet cerita panjang selama aku mengajar. Namun banyak sekali petualangan mengajar yang membuatku refleksi diri tentang bagaimana dulu saat aku menuntut ilmu.
Hal ini mengingatkanku pada beberapa muridku. Dengan berbagai kepribadian mereka, memang ada tipe anak dengan slow learner. Namun karena mereka memiliki adab yang baik saat menuntut ilmu. Tampaknya aku merasakan, Allah membuka pintu rezeki kemudahan baginya untuk menempuh setiap jenjang pendidikan.
Ini kisah nyata, ada seorang murid yang aku mengikuti perjalanannya sejak sekolah dasar hingga kini dia menempuh jenjang perguruan tinggi. Aku kenal betul kepribadiannya, sebab aku juga dekat dengan ibunya.
Sebagai anak bungsu harusnya wajar jika dia menjadi pribadi yang manja. Namun faktanya, dia cukup mandiri. Dia tipe anak yang cukup disegani. Hal ini dikarena dia adalah anak yang memiliki adab yang baik.
Dia anak yang ringan tangan baik untuk teman apalagi gurunya. Pun selama berada di sekolah dasar tempat aku mengajar. Nyaris para guru mengunggulkan anak ini bab akhlak. Tak ada guru yang mengeluhkan sikap dan tingkah lakunya selama belajar di kelas.
Dia cukup santun meski agak kocak. Di saat yang lain mengghibahi para guru. Dia tahu diri untuk tidak ikut terlibat. Ini adalah pernyataan dari ibunya disampaikan kepadaku. Yang kemudian dikuatkan oleh teman-temannya beberapa waktu setelah mereka lulus dari sekolah.
Masya Allah!
Bagaimana orang tuanya mendidik anak ini hingga pandai menempatkan diri, memiliki akhlak yang baik. Serta tahu adab menuntut ilmu!
Saat namanya terpampang sebagai salah satu mahasiswa baru di universitas negeri ternama dengan jurusan bergengsi. Hatiku bungah campur haru!
Masya Allah! Berkahnya Nak, masa mudamu. Semoga kelak kamu menjadi generasi Rabbani yang berbakti untuk Ilahi. Aamiin.
Satu lagi, dia menghubungi aku untuk bersilaturahmi. Namun sayangnya banyak hal yang membuat kami tidak bisa bersua. Akan tetapi, sapaannya yang menjadi sarana tawadlu' terhadap guru ini membuatku menyadari satu hal.
Nah, Kawan Hamimku sekali lagi aku ingin sampaikan bahwa ini merupakan bentuk reminder pada diriku sendiri tentang pentingnya adab sebelum ilmu. Apalagi di era saat ini, media belajar sudah sangat tanpa batas bukan?
Banyak media digital yang membuat kita jadi bisa belajar berbagai hal, dari banyak sumber dan cara. Termasuk saat ikut webinar, meski melalui zoom ataupu gmeet dan semacamnya. Mari kita tetap menjaga adab-adab kita selama menimba ilmu itu sendiri.
Agar apa sih? Supaya ilmu yang kita dapat menjadi berkah untuk kita dan orang-orang disekitar kita. Apa saja adab-adab menuntut ilmu?
Poin-poin adab menuntut ilmu ini aku ambil dari buku Ta'limul Muta'allim (pentingnya ada sebelum ilmu) karya Imam Az-Zarnuji yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Seorang muslim wajib memiliki niat ketika belajar. Sebagaimana hadits Rasulullah,
Pentingnya niat ketika melakukan sesuatu adalah menjadi landasan seseorang melakukan amalan tersebut. Sebab berapa banyak amalan yang terlihat sebagai amalan dunia, lalu menjadi amal akhirat karena niat baiknya. Sedangkan berapa banyak amalan terlihat sebagai amalan akhirat, lalu menjadi amalan dunia karena niatnya.
Aku selalu merefleksikan diriku, sepanjang kehidupanku ini. Apakah ilmu yang sudah aku pelajari itu berkah? Sebab pernah dalam masa aku bersekolah hingga kuliah, aku dan kawan-kawanku lainnya bersikap kurang sopan pada guru/dosenku. Jika mengingat ini rasanya sedih sekali.
Ada perasaan sesak, kenapa dulu aku bersikap demikian?
Inilah setiap kali aku memulai pagiku, tak jarang aku mengulang bab adab kepada anak didikku. Bahkan sebelum memulai pembelajaran di kelas, aku lebih suka hanya memberi materi di separuh sisa alokasi jam mengajar. Sisanya aku memberi pengalaman belajar tentang adab.
Kenapa demikian?
Aku ingin mereka memahami bahwa adab itu penting sebelum ilmu. Pun ini adalah salah satu upaya agar kondisi kegiatan belajar mengajar menjadi lebih kondusif.
Aku rasa para guru harus menyadari hal ini. Sebab menjadi guru itu bukan sekadar transfer ilmu melainkan tentang bagaimana sebuah karakter itu dibentuk melalui pembiasaan.
Mungkin saat itu, para siswa belum memahami makna pentingnya adab sebelum ilmu dengan baik. Namun aku berharap, kelak mereka akan menyadari bahwa apa yang sudah kami–para guru–lakukan adalah dalam rangka membuat mereka agar tidak menyesal seperti apa yang aku rasakan.
Pentingnya Adab Sebelum Ilmu, Pintu Terbukanya Keberkahan
Yup!
Sepenggal pengalamanku yang kutulis di atas barulah secuplik kisah dari sederet cerita panjang selama aku mengajar. Namun banyak sekali petualangan mengajar yang membuatku refleksi diri tentang bagaimana dulu saat aku menuntut ilmu.
Imam Darul Hijrah pernah menyampaikan, Imam Malik rahimahullah yang pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Dan pesan ini seringkali di ulang oleh para ulama untuk belajar adab sebelum menuntut ilmu. Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”
Allahu Akbar!
Hal ini mengingatkanku pada beberapa muridku. Dengan berbagai kepribadian mereka, memang ada tipe anak dengan slow learner. Namun karena mereka memiliki adab yang baik saat menuntut ilmu. Tampaknya aku merasakan, Allah membuka pintu rezeki kemudahan baginya untuk menempuh setiap jenjang pendidikan.
Ini kisah nyata, ada seorang murid yang aku mengikuti perjalanannya sejak sekolah dasar hingga kini dia menempuh jenjang perguruan tinggi. Aku kenal betul kepribadiannya, sebab aku juga dekat dengan ibunya.
Sebagai anak bungsu harusnya wajar jika dia menjadi pribadi yang manja. Namun faktanya, dia cukup mandiri. Dia tipe anak yang cukup disegani. Hal ini dikarena dia adalah anak yang memiliki adab yang baik.
Dia anak yang ringan tangan baik untuk teman apalagi gurunya. Pun selama berada di sekolah dasar tempat aku mengajar. Nyaris para guru mengunggulkan anak ini bab akhlak. Tak ada guru yang mengeluhkan sikap dan tingkah lakunya selama belajar di kelas.
Dia cukup santun meski agak kocak. Di saat yang lain mengghibahi para guru. Dia tahu diri untuk tidak ikut terlibat. Ini adalah pernyataan dari ibunya disampaikan kepadaku. Yang kemudian dikuatkan oleh teman-temannya beberapa waktu setelah mereka lulus dari sekolah.
Masya Allah!
Bagaimana orang tuanya mendidik anak ini hingga pandai menempatkan diri, memiliki akhlak yang baik. Serta tahu adab menuntut ilmu!
Saat namanya terpampang sebagai salah satu mahasiswa baru di universitas negeri ternama dengan jurusan bergengsi. Hatiku bungah campur haru!
Masya Allah! Berkahnya Nak, masa mudamu. Semoga kelak kamu menjadi generasi Rabbani yang berbakti untuk Ilahi. Aamiin.
Satu lagi, dia menghubungi aku untuk bersilaturahmi. Namun sayangnya banyak hal yang membuat kami tidak bisa bersua. Akan tetapi, sapaannya yang menjadi sarana tawadlu' terhadap guru ini membuatku menyadari satu hal.
"Kapan terakhir kali aku menjalin silaturahmi dengan guru-guruku?"
Sejatinya, adab menuntut tak hanya berlaku dilingkup pendidikan saja. Tak terbatas ruang kelas, dimanapun kita belajar mari kita terapkan adab-adab menuntut ilmu pada tempatnya. Dan apa saja adab-adab menuntut ilmu?
Adab-Adab Menuntut Ilmu
Kawan Hamimku, aku tak mau banyak bicara teori. Namun semoga sekilas kisah satu dari masih banyak siswa yang aku menjadi saksi perjalanan mereka yang keren adabnya terhadap guru.Nah, Kawan Hamimku sekali lagi aku ingin sampaikan bahwa ini merupakan bentuk reminder pada diriku sendiri tentang pentingnya adab sebelum ilmu. Apalagi di era saat ini, media belajar sudah sangat tanpa batas bukan?
Banyak media digital yang membuat kita jadi bisa belajar berbagai hal, dari banyak sumber dan cara. Termasuk saat ikut webinar, meski melalui zoom ataupu gmeet dan semacamnya. Mari kita tetap menjaga adab-adab kita selama menimba ilmu itu sendiri.
Agar apa sih? Supaya ilmu yang kita dapat menjadi berkah untuk kita dan orang-orang disekitar kita. Apa saja adab-adab menuntut ilmu?
Poin-poin adab menuntut ilmu ini aku ambil dari buku Ta'limul Muta'allim (pentingnya ada sebelum ilmu) karya Imam Az-Zarnuji yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Sebelas Adab Menunut Ilmu dari buku Ta'lmul Muta'alaim :
Pertama, luruskan niatSeorang muslim wajib memiliki niat ketika belajar. Sebagaimana hadits Rasulullah,
Niat belajar ini jelas untuk mendapat ridla Allah, namun selain itu juga merupakan niat mensyukuri nikmat akal, kesehatan badan, bukan untuk sebuah pujian apalagi mencari kenikmatan dunia semata.
Sebagaimana syair Syekh Al Imam Al Ustadz Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin Ismail Ash-Shafari Al -Anshari yang tulis dan dinisbatkan kepada Abu Hanifah,
Siapa yang menuntut ilmu untuk negeri akhiray
Ia akan meraih keutamaan dari Ar-Rasyad (Allah)
Duhai , betapa meruginya orang-orang yang mencari ilmu
Karena ingin mendapat pujian dari manusia
Kedua, memilih ilmu, guru, dan kesabaran dalam belajar
Poin kedua ini membahas terkait ilmu seperti apakah yang sebaiknya kita pelajari terlebih dahulu. Dalam buku terbitan 2019 ini menuliskan, Tholabul ilmi harus mendahulukan ilmu Tauhid dan ma'rifah.
Pilihlah belajar tentang ilmu yang dibutuhkan dalam urusan agamanya pada saat itu, kemudian ilmu yang dibutuhkan pada masa mendatangkan. Penuntut ilmu memilih yang terbaik dalam setiap ilmu.
Pun saat memilih guru, seyogyanya pilih guru yang paling berilmu, paling wara'. Dan lagi, seorang penuntut ilmu harus betah dan sabar dalam belajar. Sabarlah dalam mempelajari satu ilmu hingga menguasai ilmu tersebut baru mempelajari ilmu yang lainnya.
Ketiga, takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu
Inilah yang di awal aku bahas Kawan Hamimku. Penting diketahui bagi seorang penuntut ilmu untuk menakzimkan ilmu dan para ahlinya, juga memuliakan dan menghormati guru-gurunya.
Sebab ini adalah salah satu terbukanya pintu keberkahan ilmu.
Jika seorang guru tersakiti oleh muridnya, maka murid terhalang mendapatkan keberkahan ilmu, dan ia tak dapat mengambil manfaat dari ilmu itu kecuali hanya sedikit. Sebagaimana sebuah syair,
Sesungguhnya guru dan dokter itu, keduanya tidak akan memberi nasehat jika tak dihormati. Tahanlah sakitmu jika kamu kasat terhadap dokter. Dan nikmatilah kebodohanmu jika kamu kasar terhadap gurumu.
Ketujuh, memiliki rasa kasih sayang dan mudah menasihati untuk kebaikan dengan cara yang baik
Kedelapan, masa belajar
Seorang tholabul ilmi hendaknya menggunakan seluruh waktu yang asa untuk belajar, dan bila telah merasa bosan terhadap ilmu tertentu hendaknya ia mempelajari ilmu yang lain.
Ibnu Abbas, jika telah bosan berbicara beliau berkata "Bawakan kesini kita kumpulan syair-syair para pujangga syair."
Di poin ini aku menangkapnya semacam refreshing dengan membaca ilmu-ilmu lainnya.
Kesembilan, memetik pelajaran dan adab mengambil faedah ilmu
Seorang penuntut ilmu hendaknya bisa memetik pelajaran setiap waktunya hingga ia meraih keutamaan. Adapun caranya adalah dengan membawa pena setiap saat sehingga dapat mencatat apa yang ia dengar.
Dengan kata lain mengikat ilmu dengan menuliskannya.
Kesepuluh, sikap wara' pada masa belajar
Seorang penuntut ilmu hendaknya perbanyak sholat dengan khusyuk. Sebab hal ini memudahkannya dalam meraih kesuksesan belajar.
Kesebelas, mendekat pada hal-hal yang memudahkan menghafal dan menghindari hal-hal yang menyebabkan lupa
Yang memudahkan hafalan adalah ketekunan, mengurangi makan, dan shalat malam. Adapun yang menyebabkan mudah lupa adalah maksiat, banyak dosa, gelisah urusan dunia, banyaknya kesibukan dan ikatan.
Keduabelas, mengetahui hal-hal yang mendatangkan dan menjauhkan rezeki, memperpanjang dan memperpendek umur.
Poin ini dalam rangka agar penuntut ilmu bisa mendedikasikan dirinya untuk terus belajar.
Masya Allah, membaca ulasan di atas pentingnya adab sebelum ilmu ini jika diamalkan sungguh-sungguh maka betapa dunia ini akan terbentuk peradaban yang madani. Masya Allah.
Sekali lagi, tulisan ini dibuat sebagai bentuk bagi aku pribadi. Menjadi saranaku untuk belajar lagi tentang adab-adab menuntut ilmu sebagai guru, murid, maupun orang tua. Sebagai pejuang di dunia pendidikan mengingatkanku pula pada blogger yang mendedikasikan dirinya sebagai guru di kota Kediri. Namanya Windi(e) Astuti, semangatnya patut ditiru untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.
Yuks jadi manusia yang beradab sebagai apapun kita peran kita!
Ketiga, takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu
Inilah yang di awal aku bahas Kawan Hamimku. Penting diketahui bagi seorang penuntut ilmu untuk menakzimkan ilmu dan para ahlinya, juga memuliakan dan menghormati guru-gurunya.
Sebab ini adalah salah satu terbukanya pintu keberkahan ilmu.
Jika seorang guru tersakiti oleh muridnya, maka murid terhalang mendapatkan keberkahan ilmu, dan ia tak dapat mengambil manfaat dari ilmu itu kecuali hanya sedikit. Sebagaimana sebuah syair,
Sesungguhnya guru dan dokter itu, keduanya tidak akan memberi nasehat jika tak dihormati. Tahanlah sakitmu jika kamu kasat terhadap dokter. Dan nikmatilah kebodohanmu jika kamu kasar terhadap gurumu.
Keempat, giat, rajin, dan semangat
Yup! Ini poin yang sering kita gaungkan ya. Saat belajar khususnya menimba ilmu kita harus giat, rajin, semangat, dan berkelanjutan dalam belajar.
Sebagaimana ungkapan ulama,
"Siapa yang mencari sesuatu dengan bersungguh-sungguh pastilah ia mendapatkannya. Siapa yang mengetuk surga berulang kali, pasti akan memasuki."
Yup! Ini poin yang sering kita gaungkan ya. Saat belajar khususnya menimba ilmu kita harus giat, rajin, semangat, dan berkelanjutan dalam belajar.
Sebagaimana ungkapan ulama,
"Siapa yang mencari sesuatu dengan bersungguh-sungguh pastilah ia mendapatkannya. Siapa yang mengetuk surga berulang kali, pasti akan memasuki."
Dikatakan juga, "Dalam belajar, diperlukan kesungguhan dari tiga pihak yaitu guru, pelajar, dan orang tua jika masih ada."
Aku rasa ini poin penting kawan hamimku! Sinergisitas!
Kelima, memulai belajar, ukuran, dan urutannya
Poin ini memberikan kesadaran kita untuk memahami posisi kita. Ketika memulai untuk belajar sebaiknya dimulai dari yang paling mudah.
Kemudian, mengulangi hingga mahir kemudian naik tingkat secara bertahap. Disarankan penuntut ilmu membuat catatan sendiri. Lalu bersungguh-sungguh memahami pelajaran dari sang guru.
Dilanjutkan dengan saling tukar pengetahuan, beradu argumen, dan diskusi asal tidak berlebihan atau tergesa-gesa. Apalagi sampai menimbulkan keributan dan marah-marah. Sebab ketiga aktivitas diatas adalah sejatinya tujuannya adalah musyawarah untuk mencari kebenaran.
Keenam, tawakal
Bahwa seorang penuntut ilmu dengan niat mencari ridlo Allah maka membuat mereka untuk tidak disibukkan dengan tujuan urusan lain.
Kemudian, mengulangi hingga mahir kemudian naik tingkat secara bertahap. Disarankan penuntut ilmu membuat catatan sendiri. Lalu bersungguh-sungguh memahami pelajaran dari sang guru.
Dilanjutkan dengan saling tukar pengetahuan, beradu argumen, dan diskusi asal tidak berlebihan atau tergesa-gesa. Apalagi sampai menimbulkan keributan dan marah-marah. Sebab ketiga aktivitas diatas adalah sejatinya tujuannya adalah musyawarah untuk mencari kebenaran.
Keenam, tawakal
Bahwa seorang penuntut ilmu dengan niat mencari ridlo Allah maka membuat mereka untuk tidak disibukkan dengan tujuan urusan lain.
Ketujuh, memiliki rasa kasih sayang dan mudah menasihati untuk kebaikan dengan cara yang baik
Kedelapan, masa belajar
Seorang tholabul ilmi hendaknya menggunakan seluruh waktu yang asa untuk belajar, dan bila telah merasa bosan terhadap ilmu tertentu hendaknya ia mempelajari ilmu yang lain.
Ibnu Abbas, jika telah bosan berbicara beliau berkata "Bawakan kesini kita kumpulan syair-syair para pujangga syair."
Di poin ini aku menangkapnya semacam refreshing dengan membaca ilmu-ilmu lainnya.
Kesembilan, memetik pelajaran dan adab mengambil faedah ilmu
Seorang penuntut ilmu hendaknya bisa memetik pelajaran setiap waktunya hingga ia meraih keutamaan. Adapun caranya adalah dengan membawa pena setiap saat sehingga dapat mencatat apa yang ia dengar.
Dengan kata lain mengikat ilmu dengan menuliskannya.
Kesepuluh, sikap wara' pada masa belajar
Wara' adalah meninggalkan atau menghindari segala hal yang mengandung syubhat atau tidak jelas status halal haramnya.Ketika tholabul ilmi hendaknya tidak mengabaikan adab dan amalan sunnah. Sebab, siapa yang mengabaikan adab maka akan tertutup dari sunnah, yang mengabaikan sunnah akan terhalang dari fardhu, dan berarti siapa yang terhalang dari yang fardhu akan terhalang dari kebahagiaan akhirat.
Seorang penuntut ilmu hendaknya perbanyak sholat dengan khusyuk. Sebab hal ini memudahkannya dalam meraih kesuksesan belajar.
Kesebelas, mendekat pada hal-hal yang memudahkan menghafal dan menghindari hal-hal yang menyebabkan lupa
Yang memudahkan hafalan adalah ketekunan, mengurangi makan, dan shalat malam. Adapun yang menyebabkan mudah lupa adalah maksiat, banyak dosa, gelisah urusan dunia, banyaknya kesibukan dan ikatan.
Keduabelas, mengetahui hal-hal yang mendatangkan dan menjauhkan rezeki, memperpanjang dan memperpendek umur.
Poin ini dalam rangka agar penuntut ilmu bisa mendedikasikan dirinya untuk terus belajar.
Masya Allah, membaca ulasan di atas pentingnya adab sebelum ilmu ini jika diamalkan sungguh-sungguh maka betapa dunia ini akan terbentuk peradaban yang madani. Masya Allah.
Sekali lagi, tulisan ini dibuat sebagai bentuk bagi aku pribadi. Menjadi saranaku untuk belajar lagi tentang adab-adab menuntut ilmu sebagai guru, murid, maupun orang tua. Sebagai pejuang di dunia pendidikan mengingatkanku pula pada blogger yang mendedikasikan dirinya sebagai guru di kota Kediri. Namanya Windi(e) Astuti, semangatnya patut ditiru untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.
Yuks jadi manusia yang beradab sebagai apapun kita peran kita!
Aku menaftar jadi muridmu mb hamim. Maafkan ya, selama ini muridmu ini adabnya kurang mungkin. hehe. Btw, ada hal dasar yang memang harus di tanamkan. Kalau adab dah ok, ilmu akan barokah, dan tahan lama, serta bermanfaat. Nice article folk
BalasHapusAh pak gie ini mah merendab saja. Aku yang berguru sama jenengan
Hapusadab memang paling penting. dengan adab, kita akan tahu cara mengimplementasi ilmu yang kita dapatkan dari guru kita.
BalasHapusBetul. Agar berkah juga
HapusBener sekali, setelah dewasa dan mengingat masa lalu. Kalau ada kelakuan yang tak sopan dengan guru/dosen rasanya bersalah banget.
BalasHapusBtw pas lihat istilah "ringan tangan" saya kira orangnya suka main kasar, ternyata maksudnya "suka membantu" . Jadi kepikiran, makna ringan tangan sebenarnya apa yah?
Suka menolong mbak hehehe
HapusTerima kasih buat pengingatnya. Kita menuntut ilmu, tapi adab memang kudu diutamakan. Jadi ingat cerita di mana ada anak yang patuh dan beradab banget sama gurunya meski gak pintar. Alhamdulillah hidupnya jadi mudah dalam menuntut ilmu
BalasHapusMba Hamim, tulisannya selalu keren dan lengkap. Adab itu memang penting ya Mba. Dan aku lagi ajarin itu ke anakku yang usainya bentar lagi 3th.
BalasHapusApalagi aku tinggal di jawa, yang semuanya ada unggah-ungguh yang harus ditaati.
Masya Allah mba Hamim, betapa pentingnya adab di atas ilmu jika kita terapkan dalam kehidupan sehari2 ya mba… Dan hidup kita akan berasa berkah, aamiin
BalasHapusBener banget. Adab dulu baru ilmu akan memberi keberkahan mengalirnya ilmu itu. Dan orang yang menerima ilmu pun akan melihat adab yang baik dari pengajarnya
BalasHapusMasyaAllah adab sudah digaungkan sejak dulu. Kalau sekarang yang sering didengar seperti etika ya.
BalasHapusMakasih pengingatnya, Ustadzah. Semoga bisa menerapkan ke anak didik di rumah atau lainnya
Pelajaran tentang adab ini tidak terbatas dengan usia, ya Kak.
BalasHapusKarena selain adab bagaimana yg muda kepada yg tua, perlu juga adab yang tua terhadap yg muda. Jadi bisa saling menghormati
Wahhh bagus artikelnya mau share ke grup keluarga biar jadi nambah wawasan buat ponakan. Adab itu penting dan perlu banget termasuk di sekolah bukan hanya sekadar di rumah saja
BalasHapusyesss, sopan santun dan adab etika hidup itu penting banget, dimanapun kita berada ya harus tau unggah ungguh
BalasHapusbenar banget, Mba. percuma cerdas kalo gak beradab yaa, makanya adab ini selalu ditekankan harus dimiliki sebelum menuntut ilmu
BalasHapusDi budaya timur adab lebih di utamakan, sedangkan di budaya barat ilmu lebih di utamakan. Semoga di Indonesia mengutamakan adab dulu baru ilmu agar dapat keberkahan
BalasHapusMasyaallah, memang bener kita harus mendahulukan adap dari pada ilmu
BalasHapus