Yup!
Hai kawan Hamimku, kali ini aku mau berbagi ulasan dari sebuah buku buat para orang tua. Buku ini akan memberikan resep menarik dan sangat bisa kita praktikan. Alih-alih belajar untuk anak sebenarnya buku terjemahan ini sedang mengajari kita memahami diri kita di masa lalu.
Penasaran?
Nah ulasan kali ini berisi tentang belajar pola asuh tanpa ngegas dari buku the danish way of parenting. Sebuah negara yang menyabet negara paling bahagia selama 40 tahun berturut-turut. Bisa dibayangkan apa yang menjadi tips mereka bertahan?
Eits, ternyata rahasianya adalah dari warisan pola asuh para orang tua kepada anak-anaknya. Pola asuh dari keluarga yang isinya adalah orang tua bahagia ternyata menghasilkan anak yang tumbuh bahagia juga ketika dewasa.
Ops, mungkin kalian berpikir, "Ya iyalah, mereka kan negara maju yang memiliki jaminan kesejahteraan bagi rakyatnya!". Ohho, tidak demikian faktanya. Mereka memang negara dengan tingkat pendapatan yang baik namun gaya hidup mereka yang balanced menjadikan mereka tahu kapan bekerja dan kapan bersantai.
Indikator bahagia tak hanya sekadar diukur dari materi Kawan Hamimku. Sebab nyatanya, negara maju seperti Jepang pun tingkat bunuh diri cukup tinggi. Jadi apakah rahasia keluarga di Denmark ini?
Yuks kita kulik lebih jauh untuk kita adopsi minimal bagi keluarga kecil kita. Mulai dari diri kita dan lingkungan sekitar kita.
Sekilas Tentang Pola Asuh di Denmark
Bicara pola asuh ini erat kaitannya dengan bagaimana masa lalu orang tua. Artinya, apa yang mereka dapat semasa kecil diulang kembali untuk mengasuh anak mereka.Warisan pengasuhan inilah yang kemudian diyakini sebagai faktor kuat mengapa orang-orang Denmark selalu terpilih sebagai negara paling bahagia. Anak-anak yang bahagia tumbuh menjadi orang tua yang bahagia, lalu membesarkan anak-anak yang bahagia juga, dan seterusnya.
Yup menarik bukan!
Kawan Hamimku akan lebih tercengang dengan prinsip pola asuh mereka yang terkenal dengan istilah PARENT. Akronim dari parent ini adalah Play, Autentisitas, Reframing, No Ultimatum, dan Togethernes.
Serunya lagi, melalui buku yang telah naik cetak enam kali ini keenam prinsip pola asuh orang Denmark ini akan dibedah satu persatu. Wow, makin mantap kan!
Identitas Buku The Danish Way Of Parenting
Judul buku: The Danish Way Of Parenting
Penulis: Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl
Penerjemah : Ade Kumalasari dan Yusa Tripeni
Penerbit: B First (PT Bentang Angkasa)
Tahun terbit: 2019
Cetakan ke : 6
Jumlah halaman: 181
ISBN : 978-602-426-094-1
Buku yang terdiri dari tujuh bab ini cukup padat. Meski demikian pembaca tak perlu khawatir karena bahasa yang digunakan oleh penulis sangat komunikatif. Sehingga tidak membosankan untuk dinikmati apalagi dipraktikan.
Buku karya dua perempuan yang luarbiasa. Kolaborasi seorang yang concern dalam menangani konseling keluarga dan anak, yakni Iben Dissing Sandahl dan penulis berbakat yakni Jessica Joelle Alxander. Keduanya memiliki semangat untuk memberikan tawaran kacamata baru dalam pengasuhan dengan menuliskan buku ini.
Ohho, aku bisa memastikan ketika membaca buku yang handy ini para orangtua tak hanya belajar bagaimana mendidik anak melainkan akan diajak merenungi masa lalu kita semasa kecil. Alih-alih belajar untuk anak sebenarnya kitalah yang sedang belajar menyelesaikan hal-hal yang belum tuntas dalam diri kita di masa lalu.
Uhuy, makin penasaran gak sih? Yuks deh aku spill membahas apa saja buku dominan putih ini?
Belajar Pola Asuh Tanpa Ngegas dari Buku The Danish Way Of Parenting
"Kadang kita lupa bahwa cara mengasuh anak, layaknya cinta, adalah kata kerja. Perlu usaha dan kerja untuk memberikan hasil positif. Ada banyak kesadaran diri yang perlu dilibatkan untuk menjadi orang tua yang baik. Kita perlu melihat apa yang dilakukan ketika lelah, stres, dan ditarik sampai ambang batas. Dan tindakan ini namanya default setting."
(Halaman 6)
Default setting--Pembawaan alami-- adalah tindakan dan reaksi yang kita lakukan ketika terlalu lelah untuk memilih cara yang lebih baik.Jleb!
Menamatkan buku yang dicetak pertama kali tahun 2018 ini, membuatku mengambil kesimpulan tentang isinya yang terdiri atas dua hal. Pertama, menyelesaikan masa lalu yang tertinggal dalam diri orang tua. Kedua, menyadari bahwa pola asuh itu orientasinya adalah kebutuhan anak.
Di tujuh halaman pertama kita akan diajak untuk menyadari ketidakberesan dalam diri kita. Melalui pembawaan alami kita apakah ada yang kurang tepat sehingga terbawa dalam pengasuhan kita pada anak. Nah, peningkatan akan kesadaran inilah yang kemudian menjadi langkah pertama menuju perubahan hidup yang efektif.
Innerchild, yup!
Mungkin inilah yang ingin dikupas di halaman awal buku ini. Kita diajak untuk memutus rantai inner child kita yang buruk untuk tidak diteruskan ke anak kita. Membangun kesadaran ini memang tak mudah, apalagi jika ada luka pengasuhan di masa lalu yang masih kita bawa.
Namun jangan khawatir, sebab dalam buku ini secara implisit di setiap bab yang mengupas prinsip parent terselip usaha penulis untuk menyembuhkan luka pengasuhan itu dari kacamata orang tua yang menginginkan anak tumbuh lebih baik.
Dan sepanjang bab satu hingga akhir, setiap poin dalam prinsip parent itu dikupas dengan tuntas. Tak hanya sekadar teori, melainkan juga ada tips yang bisa dilakukan oleh para orang tua. Jangan khawatir mengalami kebosanan sebab penuturan gaya story telling yang dilakukan penulis membuat kita seakan diajak bicara langsung.
Lalu dimanakah sisi belajar pola asuh tanpa ngegasnya?
"Mengenali dan menerima semua emosi sejak dini, bahkan yang paling sulit sekalipun, membuat anak menjadi lebih mudah mengatur strategi bagi semua masalahnya." (Halaman 35)Disadari atau tidak, kebanyakan tipe orang tua menginginkan anak yang patuh dan berperilaku baik. Tak jarang, orang tua mengabaikan emosi negatif anak yang berakibat menimbulkan perilaku tidak baik dari anak tersebut. Alhasil, jika sudah ada reaksi barulah orang tua bertindak dengan emosi yang tak kalah menyeramkan.
Nah, siklus seperti ini ternyata bukanlah hal yang tepat bukan? Maka di dalam buku The Danish Way of Parenting ini di ulas bagaimana seharusnya kita bersikap, bereaksi, dan membuat keputusan ataupun tindakan dari apa yang seharusnya dilakukan anak.
Menurutku, ni bukti bahwa pola asuh Denmark ini memang bisa disebut positive parenting. Reaksi kita akan berpengaruh pada pembentukan karakter anak kita di masa depan. Jadi jelas bukan?
Kita sangat bisa menerapkan pola asuh tanpa ngegas manakala bisa memahami kebutuhan anak. Inilah penjabaran yang diberikan oleh buku karya Iben dan Jessica ini, orientasinya adalah bagaimana membuat anak tumbuh dengan bahagia sesuai fase usianya.
Orang Denmark ingin anak tumbuh memiliki respek, tetapi respek mestinya dua arah. Anda harus memberinya terlebih dahulu untuk bisa menerimanya." (Halaman 104)
Ada perbedaan antara ketegasan dan ketakutan. Dengan rasa takut anak tidak selalu tahu alasan riil mengapa dia tidak boleh melakukan sesuatu, sedangkan dalam ketegasan kita sedang menumbuhkan rasa respek anak pada kita. Dengan catatan, kita bisa mengkomunikasikan dengan baik apa yang membuat kota jadi bersikap tegas.
Rupanya, hal ini terbukti di keseharian orang Denmark lho! Kita akan jarang sekali menemukan rumah tangga yang penuh teriakan. Bagaimana bisa?
Dalam sebuah wawancara kepada orang tua Denmark yang tertulis dalam buku ini disebutkan,
"Pertama dan paling penting, saya kira kita harus tetap tenang sebagai orang tua dan jangan sampai kehilangan kendali karena bagaimana kita bisa berharap anak-anak kita bisa mengendalikan diri mereka kalau kita sendiri tidak bisa melakukannya? Itu sepertinya tidak adil." (Halaman 104)Wah mantap kan ya jawabannya!
Ingatlah bahwa anak sejatinya adalah cerminan diri kita, mereka adalah peniru ulung! Jadi demikianlah Kawan Hamimku, ulasan singkat tips pola asuh tanpa ngegas dari buku the danish way of parenting ini.
Aku pribadi sudah beberapa kali membaca buku ini, namun merasa perlu dibaca lagi dan lagi. Sebab saat membacanya seakan memberikan energi baru dan menyadarkanku akan apa kepentingan kita menjadi orang tua?
Oke, demikian ulasan singkat yang bisa aku berikan. Apa masih penasaran dengan prinsip parent yang lain? Yuhuii, segara baca sendiri dengan memiliki bukunya ya hehehe.
Semangat menjadi pribadi (orang tua) yang lebih baik!
Sebagai salah satu negara maju, konon Denmark memang punya tatanan masyarakat yang termasuk terbaik di dunia ya. Bisa nih jadi baca2, biar nanti makin siap pas udah jadi orangtua
BalasHapusLagi-lagi masalah innerchild yang belum tuntas yah. Aku juga masih terus belajar memahami emosi anak dan memvalidasi perasaan mereka sih. Masih PR banget.
BalasHapusMba Hamiiimm aku jg punya buku ini tapi belum tamat2 ya Allaah kesel wkwkwk. Entah kenapa kalo buku parenting itu susah banget aku ngelarinnya, berasa harus berhenti lalu dipraktikkan gt lah
BalasHapusWah iya, pola asuh di negara negara Skandinavia ini emang terkenal santuy ya mbak
BalasHapusBagus buat dicontoh
Woow bukunya keren banget kk. Saya wajib baca nih keknya. No
BalasHapusKalau ingat Innerchild itu jadi ngerasa bersalah ya mba. Tapi kemarin setelah sempat ikut kelas blogger Innerchild yang diadakan ruang pulih, aku sebisa mungkin mengontrol emosi dan memperbaiki diri. Alhamdulillah banyak kemajuan setelahnya
BalasHapusAku pertama buku ini cetak dah wish list banget. Tapi ketumpuk wish lain, jd blom kebeli :') baca ini jd harus beli nih biar makin positive vibes parentingnya tanpa ngegas. Biar menciptakan generasi kaya di Denmark hihihi
BalasHapusAku udah baca buku ini, sekarang baca ulasan nya jadi refresh lagi. Default settingku masyaallah kudu diperbaiki memang. Pas giliran anakku ngegas, dia bilang, Bunda kan juga gitu kalau lagi kesal=(berasa tertampar
BalasHapusInnerchild inti dari parenting kita ternyata. Iya sih masuk akal, bagaimana bisa membersamai anak tanpa nge gas kalau kitanya aja masih nge gas sama diri sendiri
BalasHapusJadi pengen baca dan praktekin langsung deh buku ini. Aku masih harus banyak belajar karena masih suka hilang kendali, ngegas terus 🙈
BalasHapusaku dulu suka koleksi buku Ayah Edy, mbak. Tapi buku ini saya belum punya. Memang sama anak-anak nggak perlu ngegas karena efeknya anak-anak malah sebel dengernya
BalasHapusBelakangan ini saya sering ngegas sama anak pertama krn usianya udh todler dan sering bkin keributan, mksh ilmu parenting nya jd pengingat buat aku.
BalasHapusmakasih sharingnya
BalasHapusJujur langsung seperti tertampar baru baca reviewnya saja. Aku harus mengakui cara yg aku pakai selama ini totally salah. Marah di saat anak ga bisa, sangat ga sabaran, dan berbagai macam negatif method lainnya 😔. Setelah ngeliat cara ortu dulu mendidik kami, rasanya itu memang sangat terbawa. Bukan berarti mereka jelek, walopun papa selalu Menuhin segala kebutuhan kami dan support, tapi cara mereka mendidik bisa dibilang 1 arah. Kami harus patuh , udah ga ada kompromi. Yg bikin aku paling sering memberontak dibanding adik2.
BalasHapusDan mungkin itu juga yg sempet bikin aku ga kepengin punya anak. Hanya Krn ngalah Ama suami, akhirnya mau, itupun dengan berbagai syarat. Jadinya kebawa dalam pengasuhan ku juga.
Aku tau di mana salahnya, tapi memang susah utk bener2 konsisten utk mengikuti cara yg benar. Terlebih di saat mood sedang jelek :(. Rasanya aku harus baca buku parenting yg 1 ini.. thank you for sharing mba.
penasaran ih sama buku ini, waktu itu pernah baca juga reviewnya, isinya daging semua ya
BalasHapusSepertinya bisa dimasukin ke list must read book. hehehe... Coba weekend ini deh..
BalasHapusItu buku terjemahan mbak? Atau memang bacaan bahasa asing? Wah luar biasa memang mbak hamim. Asupannya nggak tanggung untuk sang buah hati tercinta
BalasHapusBuku yang bagus nih jadi bacaan buat para orang tua. Baca ulasan ini juga jadi pengen bersentuhan langsung dengan bukunya karena masih butuh belajar lebih banyak lagi dalam mengasuh anak2. Apalagi sampai saat ini juga masih sering khilaf ngegasnya
BalasHapus