"Ah anakku masih kecil, nanti saja beli buku buat anak."
"Ngapain beli buku mahal-mahal jika ujung-ujungnya gak kebaca"
"Wah, anak masih bayi. Belum ngerti nanti malah disobek"
Dan sederetan pernyataan penolakan dan penyangkalan yang membuat kebanyakan orang tua merasa bahwa membaca bukanlah hal yang perlu diprioritaskan. Sedang di hari kemudian, di fase anak masuk sekolah muncul kecenderungan masalah belajar pada anak. Hal ini akibat rasa tidak senang membaca.
Nah, melalui fenomena ini kita seharusnya belajar bahwa munculnya minat baca pada anak tidak lahir secara instan. Melainkan ada proses yang dilalui anak sejak dini. Kondisi ini sering kali ada di sekitar kita. Umumnya hal ini terjadi karena minimnya wawasan berkaitan dengan literasi khususnya membaca pada anak usia dini.
Inilah yang mendorong saya menuliskan tips menumbuhkan minat baca pada anak sejak dini. Semoga tips yang juga sudah saya praktikan kepada anak saya ini bermanfaat dan berhasil pula jika diterapkan oleh para pembaca hamimku.
Yuks simak ulasannya!
Fakta Tingkat Literasi di IndonesiaSebelum kita membahas tips menumbuhkan minat baca pada anak sejak dini. Mari kita coba merenungi fakta yang ada.
Pertama, pil pahit peringkat literasi Indonesia
Jika kita bicara data maka dilansir dari kompas TV menyebutkan bahwa penelitian UNESCO pada 2016 menunjukkan, kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil studi berjudul "The World’s Most Literate Nations" menyebutkan, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara.
Sedangkan, berdasarkan survei PISA yang dirilis OECD pada tahun 2019, tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 70 negara. Identiknya, jika kita bicara literasi maka erat kaitannya dengan minat baca.
Dengan kata lain ini menunjukkan, bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. Ehm, artinya dari 10 bisa jadi tidak ada yg suka membaca.
Miris tapi inilah data ilmiah yang berbicara.
Kedua, minimnya kesadaran akan kebutuhan literasi untuk anak usia dini
Seringkali kita dapati ujaran, pernyataan, atau guyonan yang sudah saya jelaskan di awal artikel ini. Sebagian masyarakat menganggap membaca, buku, membacakan buku pada anak usia dini bukanlah prioritas.
Sebagian orang berpikir bahwa membaca itu hanya dilakukan oleh anak-anak yang sudah memasuki usia sekolah. Padahal jika ditelaah dari sisi tumbuh kembang anak. Fakta akan manfaat membaca ini memberi dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kecerdasan yang ada pada anak.
Bahkan, suatu hal yang tidak asing lagi jika orang tua atau dewasa mengajak anak-anak pergi ke suatu tempat. Di tempat tersebut ada beberapa pedagang dengan pilihan jajan, mainan,buku, baju, dan lain sebagainya.
Kebanyakan saat anak ingin memilih buku, orang tua cenderung mengalihkan perhatian anak ke yang lain. Nah, secara tidak langsung hal ini mematikan minat literasi anak sejak dini.
Layak jika dalam data ilmiah menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen sebagaimana di poin pertama di atas.
Dari kedua alasan tersebut maka perlu kita sadari bahwa membutuhkan usaha ekstra untuk menumbuhkan minat baca anak. Salah satunya, terus melakukan kampanye bagaimana membuat anak suka membaca sejak dini. Meski sejatinya literasi itu tak sekadar membaca. Hanya saja kunci dari literasi ini ada dibaca dan tulis.
Alasan Anak Tak Suka Membaca dari referensi yang pernah aku baca menyebutkan sebagai berikut:
Menurut Reading is Fundamental, salah satu lembaga nirlaba di Washington DC – Amerika Serikat, yang peduli dalam hal keaksaraan anak-anak menyatakan bahwa ada lima alasan kenapa anak tidak mau untuk membaca buku, sebagai berikut:
Pertama, membaca itu membosankan
Kedua, anak tidak punya waktu
Ketiga, membaca itu sulit
Keempat, membaca itu tidak penting
Kelima, membaca itu tidak menyenangkan
Berdasarkan kelima poin di atas, saya ingin menambahkan berdasarkan pengalaman dan referensi lain yang pernah saya tahu. Alasan tambahan tidak suka membaca adalah seperti di bawah ini :
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan kecil yang saya lakukan. Maka berdasarkan kacamata saya sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia pendidikan bisa melihat perbedaan anak yang terbiasa dengan buku sejak kecil akan jauh lebih "Betah berlama-lama dengan buku meski belum bisa membaca"
Dibandingkan dengan anak yang tidak terbiasa membaca buku sejak kecil cenderung lebih mudah bosan. Padahal dia bisa baca lho! Bahkan tidak sedikit anak yang mampu membaca tapi tidak mampu memahami bacaan. Hal ini terjadi karena minimnya perbendaharaan kata dan stimulasi kemampuan kognitif pada anak ketika di usia golden agenya.
Menguak fakta pahit akan literasi serta alasan anak tak suka membaca ini membuat saya pribadi prihatin. Namun berlama-lama dalam keprihatinan tentu tak membuahkan solusi. Maka izinkan saya berbagi tips menumbuhkan minat baca pada anak sejak dini.
Lima Tips Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak Sejak DiniSetidaknya ada lima tips yang bisa saya berikan dan sudah terbukti berhasil membuat anak memiliki minat baca sejak usia dini.
Pertama, membangun kebiasaan suka membaca sejak dini
Sejatinya apa yang menjadi kebiasaan atau bisa disebut juga habit itu bisa dibentuk. Dengan cara apa? Dilakukan berulang-ulangs ecara terus menerus dan akan lebih baik lagi jika dilakukan secara teratur.
Nah, tak terkecuali dengan membaca. Jika kita ingin membuat aktivitas membaca ini menjadi suatu hal yang melekat dalam diri anak. Maka bisa kita upayakan dengan melakukannya berulang.
Kuncinya, sediakan waktu dan lakukan secara konsisten. Tak harus lama, alokasikan min 10 menit setiap hari. Maka akan terbangun bonding sekaligus kebiasaan akan membaca pada anak.
Kedua, keteladanan orang terdekat dan lingkungan
Anak adalah peniru ulung. Apaa yang mereka lihat dan dengar maka itulah yang akan menjadi pembelajaran. Bagaimana jika yang sering mereka saksikan adalah aktivitas orang tua yang sangat menikmati membaca buku?
Wah, hal ini bisa menjadi daya tarik dan membuat penasaran bagi anak. Berawal dari inilah sehingga tumbuh minat baca pada anak.
Saya pun membuktikan, bagi anak saya yang pertama perlu effort agak besar sebab harus benar-benar konsisten membangun kebiasaan membaca sebagaimana poin satu.
Sedangkan untuk anak kedua saya, ia tumbuh minat bacanya karena melihat si kakak yang asyik ketika berinteraksi dengan buku. Bisa dibayangkan dampak dari keteladanan ini.
Seakan menular, jadi sekali lagi. Anak adalah peniru ulung. Jadi untuk membuat anak usia dini paham akan sesuatu hal bukan dengan menceramahinya melainkan dengan memberi contoh padanya.
Ketiga, fasilitas yang mendukung
Berbicara poin ketiga ini agak dilematis. Sebab idealnya memang berikan fasilita mendukung dengan menghadirkan buku-buku yang sesuai dengan usia dan tumbuh kembang anak.
Nah, pada kenyataannya masih banyak orang yang belum memprioritaskan buku dalam rancangan anggaran keuangan mereka. Apalagi untuk keluarga yang "agak seret" dalam hal finansial.
Terlepas dari kebutuhan tersebut. Saya pribadi jika memang kondisi ideal menghadirkan buku bacaan belum terpenuhi. Maka orang tua menggunakan buku seadanya saja. Asalkan, isi dari buku tersebut aman. Seperti tidak ada unsur pornografi, kekerasan, kriminal, atau hal buruk lain dari sisi cerita maupun ilustrasi.
Bahkan, orang tua juga bisa membuat buku bacaan sendiri. Misal buku ekspresi bisa disiasati dengan membuat dari kardus bekas, digambar sendiri, diwarnai sendiri. Menarik bukan?
Jangan sampai karena alasan tidak adanya buku atau fasilitas membuat semangat kita menumbuhkan minat baca anak sejak dini melemah.
Kuncinya adalah peran besar orang tua.
Keempat, menciptakan pengalaman membaca yang menyenangkan
Seringkali, curhatan dari orang tua mengeluhkan anak mudah bosan saat membaca buku. Hal ini terjadi karena cara membacanya tidak menyenangkan.
Untuk anak usia dini, dunia mereka adalah dunia bermain. Hal-hal yang menyenangkan membuat mereka lebih bersemangat. Lalu, bagaimana caranya? Ada beberapa cara yakni dengan read aloud (membacakan nyaring), bookish play, atau diawali dengan mendongeng atau bernyanyi.
"Tidak ada memori yang paling berkesan di hati anak-anak, selain kebersamaan bersama keluarga dan orang tercinta mereka semasa kanak-kanak"
Tak terkecuali membaca, saat kita bisa menciptakan suasana yang menyenangkan saat membaca bersama anak. Hak itu akan terbawa sampai dewasa.
Kelima, jangan kenalkan gadget lebih awal
Tantangan di era digital saat ini adalah anak-anak tumbuh bersama perkembangan teknologi yang cepat. Dan pandemi semakin mempercepat proses digitalisasi tersebut.
Meskipun demikian, memperkenalkan gadget pada anak ada waktunya. Untuk anak usia di bawah dua tahun diupayakan anak tidak banyak terpapar interaksi dengan gadget.
Bukan berarti tidak mengenalkan gadget ke mereka. Tapi memberikan pemahaman fungsi gadget sebagai alat komunikasi. Bagaimanapun screen time yang terlalu lama atau berlebihan akan memberi dampak negatif yang signifikan.Termasuk saat ingin menumbuhkan minat baca anak terhadap buku.
Demikianlah ulasan singkat yang berisi referensi bercampur pengalaman pribadi. Semoga tips menumbuhkan minat baca anak sejak dini ala Hamimku bermanfaat untuk pembaca semua dimana pun berada.
Sekali lagi, saya perlu meluruskan bahwa membacakan buku pada anak sejak dini bukan bertujuan membuat anak mampu membaca. Melainkan, menumbuhkan minat baca pada anak.
Saat minat baca ini tumbuh maka memudahkan kita untuk mencapai hal lainnya. Jadi, bersemangatlah untuk menumbuhkan kecintaan pada literasi ini sejak dini. Yaitu membacakan buku pada anak usia dini.
Perlu dicatat, bukan sekadar fasilitas yang "wah" tapi kebersamaanya yang "mewah" Itu yang akan anak ingat, pengalaman yang berkesan.
Semangat menumbuhkan kecintaan anak pada buku!
Di rumah, aku satu-satunya orang yang suka baca. Ibuku dulu suka beli tabloid, dan bapakku suka baca koran. Tapi yang yang maniak banget hahaha. Setelah dipikir-pikir, ya karena ngeliat ortu suka baca itu makanya aku ikutan suka.
BalasHapusCuma menurutku faktor utama banget ialah akses. Ortu walaupun gak baca buku tebal, tapi dulu kalau aku minta beliin komik/buku diturutin (dengan batasan tertentu, dan ya aku tetap harus nabung sih).
Wah gitu ya kak.
HapusDi keluargaku juga nyaris gak ada yang suka baca buku tapi entah kenapa kok aku maniak buku hahha. Ternyata abah fi masa mudanya suka kolrkdi kitab kitab di pondoknya.
Pas kami merantau gak beliau bawa. Sekarang di usia senja beliau bawain buku-bukunya dan suka baca lagi nah ketemu benang merahnya
Aku memperkenalkan buku kepada anakku sejak dia masih bayi. Aku menghadiahi dia buku dari kain (eh, itu hadiah dari sepupu, ding. Sepupuku menghadiahi itu karena aku request-nya buku dari kain).
BalasHapusWaktu anakku balita, tiap tahun kami menghadiri bazaar buku Big Bad Wolf. Sebetulnya aku pergi ke sana karena urusan jastip, tapi pada akhirnya aku membeli banyak buku untuk anakku. Kebanyakan buku yang kubeli adalah buku jenis board book, yang kertasnya tidak gampang rusak. Anakku suka, jadi sampai sekarang buku-buku itu yang banyak dia baca.
Oh iya, buku bantal itu mbak hdhehr. Memang bagus dan digunakan untuk bayi karena lebih aman
HapusYups anakku juga masih pakai boarfbook. Karena si anak kedua masih rajin sobek-sobek kerras. Akhire kalo beli buku balik deh yang kertasnya tebal-tebal.
Lebih awet
Menumbuhkan minat baca anak memang nggak bisa instant. Kudu dimulai dari awal. Dan akan lebih baik kalau anak dapat contoh yang baik dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Hehehe
BalasHapusSaya penyuka buku novel detektif macem sherlock holmes, agatha christie atau detektif conan, nah kesukaan saya ini saya tularkan ke anak anak pas mereka SD.. sampe sekarang mereka suka novel cerita detektif.. memang mengenalkan huku sejak dini itu perlu, apalagi kalo buku jenis cerita karena membantu anak mengembangkan imajinasi
BalasHapusPeran orang tua sangat penting dalam menumbuhkan kecintaan pada buku. Saya mungkin tidak dikenalkan buku sejak kecil dampaknya saat remaja gak suka buku. Tapi, kesadaran mencintai buku datang saat masuk kukiah hingga akhirnya sekarang suka buku.
BalasHapusInspiratif sekali artikelnya, kak Hamim.
BalasHapusTapi seiring bergantinya zaman, kini buku bisa dibaca melalui e-book. Tapi anak-anakku masih ada di zaman internet yang belum sekenceng sekarang, Jadi kalau sama buku fisik masih memilih buku fisik.
Jadi tempat kongkow terbaik kita di Togamas atau Gramed.
Walau sejak pandemi, sedih banget, toko buku ini pengunjungnya sedikiiitt.. apa semuanya beralih pada beli buku online atau baca buku digital yaa..?
anakku kubelikan buku tapi masih belum suka bacanya. mereka kadang lebih suka dibacain lewat aplikasi digital gitu. padahal bukunya banyak banget di rumah. mana kalau baca lewat aplikasi kan tulisannya kecil aku kadang kesal sendiri. heu
BalasHapusSetuju banget sama poin keteladanan mbak. Ini saya alami juga sama Bio. Pas saya lagi baca, da itu penasaran dan ikut2an baca.
BalasHapusSayangnya, recently memang mungkin karena kurang keteladanan itu, akhirnya doi jadi jarang baca, ga kaya dulu 😥
Memang perlu disempatkan buat baca lagi nih.
Aku juga termasuk orang yang diajarkan oleh ortu untuk suka baca sejak dini, akhirnya lama-lama jadi kebiasaan. Apalagi sekarang lingkungan dan circle juga suka baca dan nulis, jadi lingkungan sebagai pendukung untuk melestarikannya setiap hari itu penting banget sih.
BalasHapus