Kali ini aku mau cerita pengalaman puasa pertama kali bagi putri sulung kami. Sejujurnya kami agak kaget saat dia minta sendiri buat puasa. Sebab kami tidak ada target dia harus puasa sih.
Tetiba saja bangun tidur dia menyampaikan jika dia mau puasa. Awalnya mau puasa magrib namun aku menyarankan untuk puasa dhuhur saja. Bersyukur sih dia menuruti saranku.
Tapi kok bisa sih si kakak mau-maunya berpuasa padahal gak ada perintah ataupun ajakan puasa dari kami maupun sekolahnya.
Ehm, apa yang membuatnya bersemangat puasa ya? Dan apa saja sih peran orang tua di pengalaman pertama anak puasa? Yuks simak ulasanku selanjutnya!
Pengalaman Puasa Pertama Anak
"Bunda, aku juga puasa ya," seru kakak setelah menunaikan ibadah sholat subuh."Lho, kakak tadi gak sahur." Kataku meyakinkan niatnya. Sembari tersenyum manja sia nyahutin, "Heehehe, aku lupa. Tapi gakpapa Bunda aku pengen puasa." Kilahnya ingin memantapkan keinginan.
Yups!
Akhirnya si putri kecil kami ini akhirnya ikut berpuasa di usianya yang belum genap 6 tahun. Alhamdulillah.
Apakah lancar tanpa drama? Ohhoo, nantikan ceritanya di bawah ya. Nano-nano!
Reaksi Orang Tua Ketika Anak Minta Puasa Pertama Kali
Yoi Kawan Hamimku, sebenarnya gak ada tuntutan pada duo sholihah kami. Asumsiku, si kakak ingin puasa karena melihat euforia kami menyambut Ramadhan. Ditambah lagi memang dia sudah terbiasa kami ajak terlibat dalam setiap aktivitas Ramadhan di tahun sebelumnya.Nah, mungkin inilah yang mendorong putriku ingin merasakan juga seperti apa sih puasa itu? Ditambah lagi, dia sering membaca buku di rumah tentang puasa sebagai rukun Islam. Wah, membaca buku memang berdampak ya.
"Sahur itu seperti yang di buku itu kan Bunda," kata si kakak saat kusebut istilah sahur. Dia bergegas mengambil buku lalu membuka halaman yang membahas tentang sahur.
Masya Allah, aku merasa bersyukur kakak bisa membaca sejak setahun lalu. Dia sekarang bisa melahap buku-bukunya sendiri. Hal ini tentu memudahkan kami jika dia bertanya cukup baca buku. Tugas kita sebagai orang tua membantu memperdalam pemahamannya.Yups balik ke pengalaman puasa pertama kakak. Bagaimana reaksi kami? Sejujurnya cukup terkejut sekaligus gembira. Kami mengapresiasi keinginannya. Tidak lantas mengiyakan sih, kami memastikan lagi alasan dia puasa dan apakah kuat?
Pertanyaan sederhana ini membantu kami untuk bersikap dan mengawal puasa kakak. Kenapa ini penting? Agar kita tidak berekspektasi terlalu tinggi sehingga berujung tuntutan kepada anak. Nah, jadi menurutku krusial melakukan diskusi seperti ini.
Apalagi ternyata semangat puasa kakak ternyata memang masih tahap coba-coba hehehe. Di hari ke-2 puasa rupaya si Kakak mulai menyerah dengan rasa haus hehehe.
Lalu bagaimana sikap kami saat itu? Yuks simak ceritanya di bawah ini!
Peran Orang Tua dalam Membersamai Pengalaman Pertama Puasa Bagi Anak
"Dhek, jangan minum depan Kakak. Nanti kakak jadi pengen ikut minum." Tegas Kakak pada adhek yang berkali-kali menuang air dalam gelas.
Melihat tingkah kakak yang lucu namun juga patut diapresiasi juga sih. Dia memahami jika berpuasa itu harus bisa menahan haus dan lapar. Sama satu lagi, sabar!
Yups, si kakak ternyata memahami jika berpuasa harus sabar. "Puasa itu harus sabar dhek. Kamu harus puasa juga biar sabar." Kelakar kakak pada adhek saat tidak sabar menonton channel youtube kesayangan mereka.
Oh ya, kami memberi waktu mereka untuk screentime setiap jam 12 hingga 1 siang. Alhamdulillah, kesepakatan ini menurutku cukup efektif menjadikan kakak dan adhek jadi lebih disiplin dalam penggunaan gadget.
Oh ya balik ke puasa kakak ya, jadi apa peran orang tua agar pengalaman pertama puasa bagi anak jadi berkesan. Btw ini tips ala aku ya, bisa jadi efektif buatku tapi kurang cocok dengan kondisi Kawan Hamim. Tapi semoga bermanfaat ya!
5 Peran Orang Tua Membersamai Anak Puasa Kali Pertama
Apa sih peran orang tua ketika membersamai anak puasa pertama kali? Banyak ya Kawan Hamimku. Sebab orang tua adalah circle terdekat anak. Bagaimana penerimaan ortu menjadi ukuran bagi anak biasanya.Yuks simak ulasannya!
Pertama, berikan bekal dalam bentuk pemahaman
Nah, peran utama ortu adalah memberikan pemahaman yang baik seputar puasa. Tipsnya, gunakan bahasa yang dimengerti anak.
Kalau di rumah kami biasanya dengan membaca buku, nonton video, selanjutnya diskusi sih. Yang tak kalah penting, teladan. Nasihat ampuh bagi anak-anak itu sikap dan tindakan kita lho.
Inilah yang menjadi asumsi kuat kami kenapa kakak tertarik puasa. Sebab si ayah rajin puasa Senin Kamis. Ketika Ramadhan semua berpuasa kan, si kakak jadi tertarik ingin merasakan juga.
Kedua, jangan terlalu berekspektasi tinggi
Wah, aku nyaris terpancing nih. Duh anakku sudah mau puasa. Bisa lah 30 hari penuh. Dan ternyata di hari kedua tak selancar hari pertama hehe.
Alasannnya memang haus, sebab dia masuk sekolah. Mungkin melihat temannya bawa minum sehingga dia tergoda ingin minum. Ya begitulah termasuk drama kenapa jam muternya lama.
Ya, memang pemahaman anak masih sebatas menahan lapar di jam tertentu. Begitulah definisi puasa bagi mereka. Belajar dari sikap kakak ini, kamipun gak berekspektasi tinggi jadinya.
"Oke, jadi kakak besok mau puasa tidak?" Tanyaku tiap hari untuk memastikan bahwa dia harus konsisten dengan tiap keputusan yang ia ambil. Dengan kata lain bukan kita yang membuat ukuran keberhasilannya tapi dia sendiri. Sehingga tidak memunculkan perasaan tertekan juga.
Ketiga, apresiasi tiap pencapaian
Wah, siapa sih yang gak suka dengan pujian dan penghargaan. Pun anak-anak juga suka dengan hal tersebut. Sarankan hindari terlalu sering memberi reward berupa materi.
Sebab hal tersebut dikhawatirkan kedepannya anak-anak melakukan sesuatu karena ada imbalan. Poin ini penting untuk dipupuk sejak dini. Agar anak terbiasa melakukan sesuatu karena memang value dari aktivitas tersebut. Hadiah adalah bonus.
Aku agak geli ketika sekilas mencuri dengar sebuah nasihat seorang guru pada muridnya di kelas TPQ deket rumah menyampaikan seperti ini,
"Yang gak puasa maka tidak boleh ikut lebaran, tidak dapat baju baru, dlll.
Samar sekali setelah itu sebab aku naik motor. Aku familiar sih dengan kalimat gini. Meski terlihat wajar sejatinya ini ancaman. Dan sebaiknya tidak digunakan untuk memberikan pengertian ke anak tentang puasa atau apapun.
Pesanku buat para orang tua, sebaiknya berikan pemahaman berupa apa yang didapat jika berpuasa sesuai dengan tuntunan dalam al quran dan hadits.Sekali lagi, hindari berbohong dan menakut nakuti hanya ingin anak patuh kepada kita. Dampaknya besar di masa mereka dewasa. Jangan ya!
Keempat, berikan dukungan secara sportif
Wow…gimana nih? Sebenarnya apresiasi kita itu sudah dukungan sih buat anak. Tapi di momen belajar puasa ini mungkin kita kondisikan suasananya.
Misal, tidak meletakan makanan minuman disekitar dia. Mengkondisikan anggota keluarga lain juga agar tidak makan dan minum dekat dia yang sedang berpuasa. Terakhir, rencanakan aktivitas menyenangkan agar anak tak merasakan perasaan laparnya.
Kelima, konsisten melibatkan anak selama aktivitas Ramadhan
Umumnya, anak akan merasa dihargai dan penting serta dibutuhkan jika mereka ikut terlibat dengan berbagai aktivitas. Hal ini juga meningkatkan rasa percaya diri anak lho!
Coba deh anak ajak safari masjid. Mereka akan terbiasa melihat bagaimana orang lain beribadah. Dengan demikian akan membuat anak penasaran dan tertarik akhirnya ikutan deh.
Nah begitu pula dengan puasa ini ya Kawan Hamimku.
Ciptakan Pengalaman yang Berkesan untuk Bekal
Ohoo panjang juga ya ceritaku tentang pengalaman puasa pertama bagi putri kami. Meskipun tidak ada persiapan namun aku bersyukur kebiasaan sehari-hari kami cukup membantu dalam memberikan pemahaman seputar puasa kepada kakak.
Termasuk reaksi positif yang mendukung keinginan kakak berpuasa. Namun tetap memahami kondisi si kakak yang belum bisa konsisten berpuasa tiap hari. Mengapresiasi setiap pencapaian kecil sejatinya melahirkan perasaan percaya diri pada anak.
Hal ini mendorong anak untuk terus meningkatkan kemampuannya. Begitulah prinsip dalam psikologi belajar. Poin yang tak boleh dilupakan bahwa jadikan setiap pengalaman pertama menjadi suatu hal yang berkesan sebab hal tersebut akan menjadi bekal di masa depan mereka kelak.
Termasuk bagaimana kita bersikap dan bereaksi terhadap apa yang mereka lakukan. Sesungguhnya anak akan merekam dan menirunya. Duh, nano-nano sih memang pengalam pertama itu.
Oke kawan Hamimku, semoga tulisan peran orang tua di pengalaman pertama berpuasa ini bermanfaat yak sebab ditulis atas dasar pengalaman pribadi hehehe.
Oh ya, buat Kawan Hamimku yang ingin membaca artikel seputar parenting bisa berkunjung ke blog alfidahusna.com yuks!
Masya Allah. Luar biasa nih putri Sulung Mna Hamim, sudah mulai belajar untuk puasa. Memang ya, kebiasaan yg dilakukan orang tua itu mudah terekam oleh anak-anak. Jadi, meskipun belum diperintahkan/diajak untuk puasa, malah inisiatif sendiri.
BalasHapusMeskipun belum berhasil penuh dan hari berikutnya ada drama, tapi masih wajarlah ya. Namanya anak yg masih belum 6 thn.