=Hamimku

Kusebut Dia Lelaki Act of  Service Dua Jempol

6 komentar
Cara menjaga keharmonisan  cinta
"Mau aku buatkan mie kuah hangat?”

"Beli kopi yuks!”

“Boleh, kamu maukah?”

“Yeay, traktiran nih Bunda udah gajian.”

Dan masih banyak pernyataan yang secara tersirat adalah sebentuk dukungan dan ungkapan romantis versi dia yang aku tak pernah sadari adalah privilege menjadi pelengkap tulang rusuk baginya. Ya, dialah lelakiku yang punya act of service dua jempol.

Aku memanggilnya “doi”. Meski tidak pernah kuucapkan langsung di depannya namun setiap coretan recehku tentang “doi” adalah narasi untuknya. Ku tuliskan sekelumit cerita sederhana kami di blog ini. Agar kelak aku atau dia bisa membaca kembali.

Aku bersyukur Tuhan memasangkan dengannya. Lelaki sederhanaku yang bagiku kala itu jauh dari ekspektasi tapi hadir untuk melengkapi. Sungguh,rencana Allah selalu tepat. Daripada egoku yang terlalu besar.

Dia Hadir Tanpa Perkenalan

“Duhai pemilik hati, jika boleh aku meminta. Aku menjaga diri dan perasaanku untuk tak menjalin hati, maka bolehkah aku meminta pertemukan aku dangan hati yang sama.”

Aku ingat betul rapalan doa semasa single dulu.

Detil, spesifik, dan jelas. Siapa sangka di akhir tahun pesta demokrasi 9 tahun lalu menjadi titik awal pertemuan kami.

“Hamim, ada yang mau taaruf sama kamu. Baca biodatanya ya.” Ucap seorang gurunda yang menyodorkan amplop berwarna coklat. Pelan ku buka dan kutemukan hanya dua lembar berisi biodata singkat seorang lelaki yang rupanya usia kami sebaya.

Ku baca dengan seksama, lalu dalam hati aku bergeming, “Ni orang kiat nikah apa mau apply keria?” Yups! Dua lembar kertas berisikan CV itu mengantarkanku pada proses-proses selanjutnya.

Meski perjalanannya tak selalu mudah namun akhirnya aku paham bahwa kami sama-sama berjuang versi masing-masing.
“Terima kasih sudah memperjuangkanku,💕,” dari perempuan random-mu.
Begitulah awal pertemuan kami yang singkat tanpa perkenalan. Tepat dalam waktu 5 bulan, di Hari Jadi Kota Pahlawan ke 722 kami sah menjadi psangan halal.

Ah, siapa sangka tiga bulan sebelum mengakhiri usia 25-ku ternyata aku telah berstatus istri orang. Masya Allah wa barokalloh. Doa yang pernah terselip, “Duhai Robbi, aku ingin menikah di usia sesuai tanggal lahirku.” Ternyata doa yang terlihat iseng ini rupanya dikabulkan oleh Sang Pemilik Takdir. Masya Allah jika Allah sudah ikut andil rasanya tak ada yang mustahil. Dia hadir lewat CV lanjut proposal dan halal.

Hikmahnya, hati-hati dengan doa. Pasalnya, kata-kata seorang muslim adalah doa lho. Jadi jaga kata2 kita ya, hehehe.

Road to Angka 9 Bersama Pasangan Halal

“Wah, makanya kamu betah sama perempuan kayak aku ya. Ternyata kita sama-sama kuat di sini.” Begitulah kesimpulan perbincangan kami setelah melakukan fast test terkait kekuatan bakat kami.

Aku yang nyaris dominan di semua kategori bakat mulai dari influencing, relating, thinking, dan striving ternyata berimbang dengan bakat doi yang juga kuat di relating dan thinking. Bahkan kemauan berjuangnya lebih besar daripada aku. Ah, aku melting mengingat bagaimana ia meyakinkan orang tua dan keluarganya bahwa menikah tanpa pacaran itu bisa.

Apakah hari-hari kami selalu bertebar bunga?

Oh jelas, tidak! Setiap keluarga memiliki dinamikanya sendiri-sendiri. Jika diingat-ingat ada 2 fase yang membuat kami sempat goyah. Yakni di 2 dan 5 tahun pertama pernikahan. Namun setelah melewatinya, kami semakin saling memahami menguatkan. Masya Allah, sembilan tahun bersama banyak sekali cerita dan petualangan yang mewarnai perjalanan keluarga kecil kami. Ada tips agar cepat baikkan dengan pasangan ala aku di bawah ini !

Cara Menjaga Keharmonisan bersama Pasangan Ala Hamim


Ops, aku tidak mau sok-sokan menggurui sebab faktanya kami berdua masih saling bersitegang ketika berpendapat, sesekali saling diam, dan masih banyak lagi pertengkaran atau perselisihan kecil diantara kami.


Namun, hal tersebut tidak pernah terjadi lama. Setelah 9 tahun hidup satu atap bahkan satu kasur membuatku memiliki coretan kecil bagaimana caranya gesekan antar kami bisa segera diredakan. Btw, ini cara menjaga keharmonisan bersama pasangan versi pengalaman pribadi ya! Bisa jadi cocok dengan Kawan Hamimku bisa jadi tidak. Tapi semoga bermanfaat ya!

Jurus Jitu Menjaga Keharmonisan Bersama Pasangan Ala Hamim

Pertama, kenali pasangan melalui proses ta’aruf terus menerus


Kawan Hamimku pasti bertanya, kok ta’aruf lagi?

Yups, taaruf itu artinya proses saling berkenalan, baik berdasarkan KBBI maupun makna estimologinya. Dan aku sepakat jika ketika kita membangun rumah tangga itu proses taaruf berhenti di awal.

Namun, ketika menjalani rumah tangga bersama proses taaruf itu harus terus dilakukan. Perlu kita pahami bahwa pasangan kita adalah pribadi yang memiliki begitu banyak perbedaan dari kita. Pikirannya, latarbelakangnya, karakternya, budayanya, dan banyak hal. Bahkan yang sudah mengenal bertahun-tahun pasti akan menemukan celah baru setelah menikah.

Orang bijak berkata, “Kita baru akan melihat bagaimana sifat asli seseorang setelah tinggal bersama (menikahinya)”. Pun seorang teman juga menguatkan pernyataan ini, “Dibanding orang tuaku, orang yang paling tahu baik dan burukku ya pasanganku.”

Relevan sih ya Kawan Hamimku. Pasangan dalam satu atap adalah orang yang tahu bagaimana kita bangun tidur hingga kita mau tidur lagi. Jadi, wajar jika mereka adalah orang yang paling tahu dalam dan luarnya kita.

Nah, maka dari itu proses taaruf yang tidak hentik kepada pasangan adalah upaya kita memahami mereka. Hal ini pula yang meminimalisir kesalahpahaman suami istri. Tips tambahan dari aku adalah perkuat komunikasi efektif ya. Kunci terbangun keluarga harmonis adalah saling ngobrol dengan nyaman.

“Menikah itu 70% isinya ngobrol ngobrol soal kegiatan sehari-hari, ngobrol soal keuangan, ngobrol soal mendidik dan pendidikan anak, ngobrol hal-hal random yang masih banyak lagi. Kalau ngobrol saja sudah tidak nyambung, bagaimana mau menjalin hubungan?” Elly Risman, psikolog.

Kedua, memahami love language pasangan

Kawan Hamimku tentu tak asing dengan istilah love language kan ya! Love language atau bahasa cinta adalah cara untuk mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayang kepada seseorang.

Pasalnya, ada lima bahasa cinta. Maka, dari poin kesatu kita bisa melihat apa bahasa cinta pasangan kita. Kawan Hamimku bisa juga menggunakan test bakat yang gratisan. Hal-hal sederhana ini akan memudahkan kita memberikan perlakuan yang tepat sebagaimana keinginan pasangan.

Umumnya yang sering terjadi adalah kita memperlakukan seseorang sesuai dengan keinginan kita diperlakukan. Padahal, bisa jadi love language pasangan berbeda dengan kita. Maka perlakukan mereka sebagaimana mereka ingin.

Yups, seperti lelaki act of service dua jempolku di rumah. Aku gak tahu apa doa ibuku untuk pasanganku, sehingga aku dipertemukan dengan lelaki yang bahkan hanya bilang “Aku pengen nyemil nih.” Dia gak akan segan-segan merogoh kantong buat jajan bareng. Selama isi dompet aman hwkakaka.

Sefrekuensi!

Eist, tapi ternyata bahasa cintaku bukan act of service meski hatiku selalu berbunga-bunga dengan sikap dan perilaku “diratukan” oleh doi.

Aku tim word of affirmation. Lalu bagaimana aku menyampaikan ini ke doi?

Komunikasi. Ngobrol. Lakukan hal-hal yang kita ingin diperlakukan ke dia, anggaplah sebagai bentuk contoh buat inspirasi doi hehehe. Jika ia peka maka dia akan melakukan hal serupa.

Ketiga, temukan cara untuk saling melengkapi

Yups, aku tidak meminta temukan kesamaan. Karena hal itu cukup sulit dilakukan. Jadi, menemukan celah untuk saling melengkapi akan membuat kita lebih nyaman.

Mungkin kalian adalah dua kepribadian yang bertolak belakang maka cobalah untuk menemukan lubang untuk saling menjadi pelengkap.

“Karena kamu bisa melengkapi apa yang menjadi kurangku.”

“Kamu detil, rinci, bisa melihat hal-hal kecil yang tidak sering tak terpikirkan olehku.”

Itu adalah jawaban doi saat kutanya. Apa yang membuatnya bangga dari aku. Receh bangetkan obrolanku emang random sih, hwkaakka.

Keempat, meminimalkan gap


Menyoal tentang perbedaan rasa-rasanya hanya membuat jurang dalam sebuah hubungan. Dan aku belajar di dua tahun pertama pernikahan kami.

Hal-hal yang membedakan antara kami seakan terlihat jelas dan rupanya inilah pemicu yang kerap jadi awal perseteruan antara aku dan doi.

Seiring berjalan waktu, bersyukur sifat dan sikap dewasanya membuatku sadar. Aku terlalu fokus dengan perbedaaan kami. Sehingga, kami lagi-lagi komunikasi sebagau upaya menimilaisir gap antara kami.

Terlahir dari keluarga dnegan budaya patriaki yang kental membuatku merasa tidak bebas berekspresi. Dan ketika bersama doi, dalam keluarga kami, ia membuka ruang luas untukku mengaktualisasikan diri. Mungkin inilah yang membuatku selalu luluh dan tak mau berlama-lama memikirkan perbedaan antara kami.

Sekali lagi, balik ke poin-poin sebelumnya.

Kelima, rumuskan kesepakatan bersama

Meksipun aku bukan couple goals enthusiast. Namun, aku ingat bagaimana aku menulis dengan detil bayangan rumah tangga seperti apa yang ingin aku bangun di dalam proposal.

Mungkin, narasi dalam proposal inilah yang membuatnya memahami aku sejauh ini. Upayaku menguatkan hal tersebut, aku membiasakan untuk membuat kesepakatan bersama. Bahkan sejak kami taaruf di awal, membuat kesepakatan adalah aktivitas yang selalu mewarnai petualangan kami.

Yups!

Ini juga bagian dari teladan juga bagi anak-anak. Komunikasi dan membuat kesepakatan adalah cara kami menyatukan ide dan mencapai tujuan bersama. Budaya sportif adalah spirit dari aktivitas ini.

Alhamdulillah, sharing tips tipis-tipis ya Kawan Hamimku. Semoga ada insight yang didapat ya. Berhasil bagi kami belum tentu buat yang lain. Namun, harapannya bisa jadi inspirasi ya. Aamiin.
 

Catatan Kecilku untuk “A”, Terima Kasih dan Maaf

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
(Sapardi Djoko Darmono, Pada Suatu Hari nanti (1991))

Seseorang pernah menuliskan,”Hati-hati jika jatuh hati pada penulis.” Dirimu akan abadi jadi tokoh dalam tulisan-tulisannya. Pun ketika membuatnya sakit hati. Namamu akan bersemayam jadi antagonis yang mengerikan. Hwakakakaa.

Meski aku bukanlah penulis sejati. Namun aku  mengiyakan, bahwa doi sering jadi lakon dalam cerita-cerita yang aku tulis.

Setiap orang memiliki sisi lebih dan kurang, sisi baik dan buruk. Dari sekian sisi kurang dan buruknya, aku bersyukur bahwa kita sama-sama mau belajar. Khususnya, dia yang terus menerus mencoba memahami karakter childishku yang sering muncul.

Terima kasih hon, atas semua kebaikan, kasih sayang, dan tanggung jawabmu menjadi imam dalam keluarga kami.

Maaf, atas diri yang masih banyak kurang ini, lemah ini, sering khilaf ini. Maaf jika belum bisa menjadi yang terbaik.

Ana ukhibukfillah. Mari bertumbuh dan menua bersama hingga maut memisahkan kita. Aamiin.

Kutulis menyambut angka baru di usiamu. Semoga Allah selalu menjagamu saat penjagaanku tak sampai padamu. Tetaplah sehat dan kita menua untuk menulis banyak cerita tentang kita. 
Hamimeha
Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●
Terbaru Lebih lama

Related Posts

6 komentar

  1. Huaaa so sweet. Happy anniversary ya. Semoga selalu mesra dan langgemg hingga kakek nenek.

    Senangnya kalau pasangan memahami kita ehh salah..saling memahami. Mencintai. Mengayomi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya robbal'alamin. Terima kasih untuk doa2 baiknya

      Hapus
  2. Barakallaahu fiikum.
    Semoga Allaah senantiasa memberikan kebahagiaan yang mungkin dibalut kesedihan, kadang kesenangan. Apapun balutannya, senantiasa mengingat bahwa ada jalan yang masih panjang menanti dan ada ibadah yang akan dipertanggungjawabkan.

    Taat sama suami.
    Jihad terbesar seorang wanita.

    Ikut senang membaca kisah ka Hamim.
    Berbunga-bunga dan percaya banget kalau pasangan kita itu bukan cerminan dari diri kita, tapi sesuatu yang setangkup. Bagaikan tangan kanan dan kiri yang senantiasa saling membantu, membersamai dan saling melindungi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah iya ya.. pasangan itu setangkup. Suka dg kata2 itu

      Hapus
  3. Happy Anniversary mbak.. nggak nyangka kalau anniversarynya waktunya mirip2 denganku. Semoga kebersamaan ini hingga selamanya. Saling berbagi, mengasihi, menyayangi. Semoga makin menginspirasi generasi sekarang bahwa menikah dengan orang yang tepat akan membawa kebahagiaan dunia akhirat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya kah.. kami baru bulan mei ntar mbak. Semoga bisa menua bersama ya kita dg pasangan...aamiin. betul sekali kebahagiaan dunia akhirat.

      Hapus

Posting Komentar